Miscellaneous Tanaman Sawit di Lahan Gambut Sumber Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar Ditjenbun, 2012. Hal ini mendorong investor dari dalam negeri maupun luar negeri untuk membangun perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkembangan luas area perkebunan kelapa sawit yang revolusioner mulai terjadi sejak tahun 1980-an. Perkembangannya sangat pesat hingga pada tahun 2017 luas area perkebunan sawit mencapai sekitar 14 juta hektar. Padahal pada awal tahun 1980-an, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih sekitar 249 ribu hektar Ditjenbun, 2022. Permintaan buah kelapa sawit tersebut menyebabkan dibutuhkannya lahan yang lebih banyak untuk menanam kelapa sawit, sementara lahan mineral jumlahnya terbatas. Berdasarkan data dari BBSDLP tahun 2011, Indonesia memiliki lahan gambut sebesar hektar yang tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Papua. 40-50% lahan gambut tersebut potensial untuk dikembangkan untuk pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, dilakukan pengelolaan lahan gambut untuk menanam tanaman kelapa sawit. Lahan gambut merupakan lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukan residu jaringan masa lampau yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm Rancangan Standard Nasional Indonesia-R-SNI, Badan Sertifikasi Nasional, 2013. Lahan gambut memiliki kandungan organik senyawa karbon sangat tinggi yaitu 6-91% di seluruh lapisan. Tidak semua tanaman bisa tumbuh di lahan gambut, kelapa sawit adalah salah satunya. Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit. Produksi kelapa sawit pada lahan gambut bisa mencapai 20 – 25 ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa sawit pada jenis tanah lain Setiadi, 1999. Berdasarkan data dari Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian 2011, luas lahan gambut hingga tahun 2011 yang dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan sawit adalah seluas Ha. Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit ini bisa menjadi peluang yang bagus bagi perusahaan asuransi karena akan menjadi sumber premi tambahan untuk perusahaan. Namun, hal yang harus menjadi perhatian bagi perusahaan asuransi adalah tanaman sawit ini rentan untuk mengalami kerugian akibat kebakaran. Berikut adalah tabel yang menunjukan perbandingan premi dan klaim asuransi tanaman sawit yang diambil dari BPPDAN tahun underwriting 2013-2022. Terlihat dalam kurva di atas bahwa loss ratio dari tanaman sawit ini selalu di atas 100% setiap tahunnya. Hal ini karena risiko kebakaran yang terjadi pada perkebunan sawit masih sulit untuk dicegah. Penyebab kebakaran di perkebunan kelapa sawit ini bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor manusia dan faktor alam. Faktor manusia menjadi moral hazard yang bisa memicu terjadinya kebakaran. Contoh moral hazard adalah yang bisa memicu kebakaran pada perkebunan sawit Membuang puntung rokok sembarangan di dalam kebun Membiarkan kebun kotor dibenuhi semak belukar, alang-alang Membakar kebun dengan sengaja Faktor yang kedua adalah faktor alam. Faktor alam ini berkaitan dengan kondisi musim yang terjadi di Indonesia. Pada saat musim kemarau, curah hujan sebagai sumber air utama menjadi sangat rendah sehingga menimbulkan situasi defisit air atau kekeringan. Tanaman sawit yang tumbuh pada lahan gambut memiliki exposure terhadap kebakaran lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sawit yang tumbuh pada lahan mineral. Pada saat musim kemarau, permukaan air tanah pada lahan gambut mengalami penurunan yang terjadi baik secara alami maupun akibat system drainase, maka lapisan tanah gambut terutama gambut tembal menjadi sangat kering dan mudah terbakar. Analisis data riwayat kebakaran di Global Forest Watch Fires juga menegaskan bahwa kebakaran cenderung terkonsentrasi pada konsesi pertanian dan lahan gambut di Indonesia. Kebakaran pada tanaman sawit yang ditanam di lahan mineral terjadi pada permukaan tanah, sementara kebakaran pada lahan gambut terjadi di bawah permukaan tanah. Hal ini terjadi karena lapisan gambut di bawah permukaan lebih mudah terbakar jika mengalami kekeringan karena sifat gambut yang mentah berbentuk serat atau fibrist. Sebaliknya, lahan gambut di permukaan atas relatif lebih matang saprist atau hemist. Oleh karena itu, penanganan kebakaran yang dilakukan pada lahan gambut berbeda dengan lahan mineral. Penanganan kebakaran pada lahan tanah cukup dengan penyemprotan air di permukaan tanah. Sementara, penanganan tersebut tidak cukup untuk kebakaran yang terjadi pada lahan gambut. Penggenangan lahan dianggap jauh lebih efektif dalam menangani kebakaran di lahan gambut, yaitu dengan segera menutup seluruh pintu-pintu air di sekitar lokasi lahan yang terbakar dan memompa air ke dalam lahan yang terbakar. Dikarenakan risikonya lebih tinggi, maka underwriter harus lebih berhati-hati dalam melakukan akseptasi tanaman sawit yang ditanam pada lahan gambut. Rate premi yang diterapkan juga harus lebih tinggi untuk tanaman sawit yang ditanam pada lahan gambut dibandingkan dengan lahan mineral. Selain itu, usia tanaman juga perlu mendapat perhatian dalam melakukan askeptasi. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah moral hazard dari tertanggung. Seperti disebutkan di atas, moral hazard dari tertanggung bisa memicu terjadinya risiko kerugian yang tidak diinginkan. Sumber Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia skala 1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementrian Pertanian. Bogor. Ditjen Perkebunan. 2011. Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada Seminar Implementasi RSPO di Indonesia. Jakarta, 10 Februari 2011. Hariyadi, Saragih, Mey Jastri. 2016. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Riau. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasmana, Soewandita. 2022. Kajian Pengelolaan Tata Air dan Produktivitas Sawit di Lahan Gambut Studi Kasus Lahan Gambut Perkebunan Sawit PT Jalin Vaneo di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 2022 41 – 50 Andres Chamorro, Susan Minnemeyer dan Sarah Sargent. 2017. Riwayat Kebakaran di Indonesia untuk Mencegah Kebakaran di Masa Depan. [internet]. [ diunduh pada 22 september 2022]. Tersedia pada Redaksi Majalah Sawit Indonesia. 2014. Pencegahan Dan Penanganan Kebakaran Di Perkebunan Kelapa Sawit. [internet]. [diunduh pada 22 September 2022]. Tersedia pada Wahyunto dan Ai Dariah. 2013. Pengelolaan Lahan Gambut Terdegradasi dan Terlantar untuk Mendukung Ketahanan Pangan. [internet]. [diundug 22 September 2022]. Tersedia padaBahkandi lahan gambut, lahan kritis, tanah cadas dan di tanah yang tidak subur. Cocok Untuk Berbagai Jenis Tanaman Ada satu lahan rata-rata 1 tandan kelapa Sawit beratnya 40 kg dari pohon sawit umur 8 tahun. Lalu di lahan lain yang pakai Golden Harvest berat 1 tandan bisa mencapai 67 kg padahal umur kelapa sawit yang dipupuk sudah 10 Zona Hidup – Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas kelapa sawit yang memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan varietas kelapa sawit lainnya. Beberapa karakteristik yang diharapkan dari varietas unggul kelapa sawit antara lainTingkat produktivitas yang tinggi Varitas unggul kelapa sawit diharapkan dapat menghasilkan buah sawit dengan jumlah yang lebih banyak dan lebih konsisten dari varietas buah yang baik Buah kelapa sawit dari varietas unggul diharapkan memiliki kadar minyak yang tinggi dan rasio buah tandan kosong BTK yang terhadap hama dan penyakit Varitas unggul kelapa sawit diharapkan tahan terhadap hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman kelapa sawit, seperti penyakit layu fusarium dan hama adaptasi yang baik Varitas unggul kelapa sawit diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di berbagai jenis tanah dan kondisi contoh varietas unggul kelapa sawit yang telah dikembangkan antara lain Elaeis guineensis, Elaeis oleifera, dan Elaeis hybrid. Pengembangan varietas unggul kelapa sawit dilakukan melalui seleksi dan persilangan antara varietas kelapa sawit yang memiliki karakteristik yang Juga RSPO!!! Cara Budidaya Kelapa SawitMengatasi Hama Kumbang Tanduk di Kelapa SawitSelain itu, pengembangan varietas unggul kelapa sawit juga dilakukan dengan menggunakan teknologi bioteknologi, seperti teknik kultur jaringan untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan karakteristik yang satu institusi yang berperan aktif dalam pengembangan varietas unggul kelapa sawit di Indonesia adalah Balai Penelitian Kelapa Sawit BPKS, yang merupakan bagian dari Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian. BPKS telah menghasilkan beberapa varietas unggul kelapa sawit, seperti Deli, Dura, Pisifera, dan itu, perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit juga melakukan pengembangan varietas unggul kelapa sawit dengan mengadopsi teknologi dan inovasi terbaru untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman kelapa sawit. Hal ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi dan keuntungan dalam usaha perkebunan kelapa varietas unggul kelapa sawit merupakan upaya yang terus dilakukan guna meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman kelapa sawit. Dengan adanya varietas unggul kelapa sawit, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan dalam usaha perkebunan kelapa sawit serta memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara secara pengembangan varietas unggul kelapa sawit juga harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan lingkungan. Penggunaan varietas unggul yang tidak ramah lingkungan dapat berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, dalam pengembangan varietas unggul kelapa sawit perlu mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan keseimbangan antara produksi, lingkungan, dan itu, perlu juga diperhatikan bahwa kelapa sawit adalah tanaman yang ditanam di wilayah tropis yang merupakan habitat bagi keanekaragaman hayati. Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang terlalu ekspansif dan tidak terkontrol dapat mengancam keanekaragaman hayati dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, pengembangan varietas unggul kelapa sawit juga harus mempertimbangkan aspek konservasi lingkungan dan keanekaragaman mengembangkan varietas unggul kelapa sawit, perlu juga memperhatikan aspek sosial, terutama hak-hak masyarakat lokal yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit. Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam proses pengembangan varietas unggul dan mendapatkan manfaat dari usaha perkebunan kelapa sawit secara adil dan rangka meningkatkan keberlanjutan dan keseimbangan antara produksi, lingkungan, dan sosial, dibutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan perkebunan kelapa sawit, masyarakat lokal, dan lembaga penelitian dan Saja Verietas Kelapa Sawit ?Ada beberapa varietas kelapa sawit yang umum ditanam di Indonesia, di antaranyaTenera varietas kelapa sawit yang paling banyak ditanam di Indonesia. Tenera adalah hasil persilangan antara varietas Dura dengan Pisifera. Buah Tenera memiliki ukuran sedang dan memiliki rasio BTK yang lebih rendah dibandingkan Dura dan Pisifera. Tenera menghasilkan minyak kelapa sawit dengan kualitas yang baik dan produktivitas yang varietas kelapa sawit yang menghasilkan buah yang besar dengan rasio BTK yang tinggi. Namun, produktivitasnya lebih rendah dibandingkan varietas kelapa sawit yang menghasilkan buah dengan rasio BTK yang sangat tinggi. Namun, produktivitasnya lebih rendah dibandingkan Dura dan oleifera varietas kelapa sawit yang tahan terhadap penyakit layu fusarium. Elaeis oleifera menghasilkan minyak kelapa sawit dengan kualitas yang baik, namun produktivitasnya lebih rendah dibandingkan varietas Juga Fakta Madu Kelulut vs Madu Biasa “Kelulut Unggul”Cara Mengkonsumsi Madu Kelulut Menurut IslamKhasiat Madu Kelulut Untuk Kecantikan KulitSelain itu, terdapat juga beberapa varietas kelapa sawit hibrida yang dikembangkan melalui persilangan antara varietas Tenera dengan varietas lainnya, seperti Deli, Ekona, dan Yangambi. Varietas kelapa sawit hibrida ini memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan varietas aslinya, seperti tingkat produktivitas yang lebih tinggi dan resistensi terhadap hama dan varietas kelapa sawit hibrida yang cukup populer di Indonesia antara lainDxP Dura x Pisifera varietas kelapa sawit hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara varietas Dura dan Pisifera. DxP memiliki rasio BTK yang lebih rendah dibandingkan Dura, namun lebih tinggi dibandingkan Pisifera. DxP memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan varietas Dura dan Pisifera x Tenera varietas kelapa sawit hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara varietas Pisifera dan Tenera. PxT memiliki rasio BTK yang lebih rendah dibandingkan Pisifera, namun lebih tinggi dibandingkan Tenera. PxT memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan varietas Pisifera dan Elaeis oleifera x Tenera varietas kelapa sawit hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara varietas Elaeis oleifera dan Tenera. OxA memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit yang lebih baik dibandingkan varietas Tenera. OxA juga memiliki produktivitas yang cukup Yangambi x Tenera varietas kelapa sawit hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara varietas Yangambi dan Tenera. Yangambi memiliki rasio BTK yang sangat tinggi, namun produktivitasnya lebih rendah dibandingkan Tenera. Yangambi memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit yang cukup varietas kelapa sawit hibrida terus dilakukan untuk menghasilkan varietas yang lebih unggul dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas minyak kelapa sawit. Namun, pengembangan varietas kelapa sawit hibrida harus dilakukan secara berkelanjutan dan mempertimbangkan aspek lingkungan dan pengembangan varietas kelapa sawit hibrida harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan varietas kelapa sawit hibrida adalahEfisiensi penggunaan lahan varietas kelapa sawit hibrida harus dikembangkan dengan memperhatikan efisiensi penggunaan lahan agar tidak mengurangi luas lahan untuk pertanian pangan dan konservasi lingkungan varietas kelapa sawit hibrida harus dikembangkan dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan penggunaan pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan, serta melakukan praktik pertanian yang sosial pengembangan varietas kelapa sawit hibrida harus dilakukan dengan memperhatikan aspek sosial, seperti hak-hak petani, perlindungan tenaga kerja, dan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan lahan kelapa varietas kelapa sawit hibrida yang berkelanjutan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas minyak kelapa sawit, sekaligus meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan Bibit Sawit yang Cocok untuk Lahan GambutBeberapa jenis bibit kelapa sawit yang cocok untuk lahan gambut di antaranya adalah sebagai berikutBibit Kelapa Sawit Yangambi Yangambi merupakan varietas kelapa sawit hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara varietas Yangambi dan Tenera. Bibit Yangambi memiliki rasio Bintang Tiga Kuning BTK yang sangat tinggi, mencapai 60-65%, sehingga cocok untuk lahan gambut. Selain itu, bibit Yangambi juga memiliki ketahanan terhadap cekaman abiotik, seperti kekeringan dan kelembaban yang Kelapa Sawit Pisifera Pisifera merupakan varietas kelapa sawit yang memiliki rasio BTK 0%, sehingga tidak menghasilkan buah yang dapat diolah menjadi minyak sawit. Namun, bibit Pisifera cocok untuk lahan gambut karena memiliki akar tunggang yang dalam dan kuat sehingga dapat menembus lapisan tanah gambut yang Kelapa Sawit Ek 0 Ek 0 adalah bibit kelapa sawit yang diambil langsung dari buah kelapa sawit yang sehat dan berkualitas. Bibit Ek 0 memiliki keunggulan dalam hal keanekaragaman genetik dan ketahanan terhadap hama dan penyakit, termasuk untuk lahan Kelapa Sawit DxP DxP merupakan varietas kelapa sawit hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara varietas Dura dan Pisifera. Bibit DxP memiliki rasio BTK yang lebih rendah dibandingkan Dura, namun lebih tinggi dibandingkan Pisifera. Bibit DxP memiliki ketahanan terhadap cekaman abiotik, seperti kekeringan dan kelembaban yang tinggi sehingga cocok untuk lahan jenis bibit kelapa sawit yang cocok untuk lahan gambut harus mempertimbangkan faktor kondisi lahan, tingkat kelembaban dan ketahanan terhadap cekaman abiotik. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli agronomi atau pihak yang berpengalaman di bidang kelapa sawit untuk memilih jenis bibit kelapa sawit yang tepat untuk lahan jenis bibit yang cocok untuk lahan gambut, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menanam kelapa sawit di lahan gambut adalahKetersediaan air Lahan gambut cenderung memiliki ketersediaan air yang tinggi, sehingga harus diatur secara cermat agar tidak terlalu basah maupun kering. Sistem drainase yang baik dapat membantu mengatur ketersediaan air dan mencegah genangan air yang dapat merusak akar kelapa tanah Sebelum menanam kelapa sawit di lahan gambut, tanah harus diolah secara intensif agar strukturnya menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pembuatan kanal drainase, pengolahan tanah dengan mesin berat, atau penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kualitas hama dan penyakit Lahan gambut dapat menjadi tempat berkembang biak hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian secara teratur dengan menggunakan pestisida dan fungisida yang aman dan rutin Tanaman kelapa sawit di lahan gambut memerlukan pemeliharaan rutin yang baik, seperti pemupukan, penyiraman, pemangkasan, dan pemangkasan tandan buah. Hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan menjaga kualitas jenis bibit kelapa sawit yang cocok untuk lahan gambut dan pemeliharaan yang baik dapat membantu petani kelapa sawit dalam meningkatkan hasil produksi dan memperoleh keuntungan yang lebih baik. Namun, di samping itu juga perlu memperhatikan aspek lingkungan dan sosial agar budidaya kelapa sawit dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Penggunaantanaman sagu untuk memulihkan lahan gambut sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016. Halaman all› Nusantara›Kakao Kalteng Dilirik Jerman Komoditas kakao mulai dilirik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk dikembangkan. Kualitas kakao di Kalteng bahkan dinilai bisa bersaing dengan kakao dari Amerika Latin. Oleh DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO 3 menit baca KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWOPelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng Rizky Badjuri memberikan paparannya dalam pelatihan penanaman kakao di Palangkaraya, Rabu 7/6/2023.PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melirik kakao menjadi komoditas unggulan menyaingi popularitas karet dan kelapa sawit. Selain menghasilkan nilai ekonomi, keberadaannya efektif menjaga kelestarian setidaknya ada hektar lahan kakao di Kalteng. Produksi mencapai 530 ton kakao. Tahun ini, pemerintah berencana menambah 600 hektar lahan kakao. Hal itu terungkap dalam Pelatihan Penanaman Kakao dalam Program Kalteng Kakao di Kota Palangkaraya, Rabu 7/6/2023. Kegiatan itu adalah salah satu bentuk kerja sama Pemprov Kalteng bersama Fairventures Worldwide asal itu bergerak di bidang pemulihan hutan dan kesejahteraan masyarakat. Pelatihan itu diikuti beberapa kelompok tani dari Kabupaten Barito Timur, Katingan, Barito Utara, dan Kabupaten Gunung 43 asal Desa Tampa, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur, hadir menjadi salah satu peserta. Dia ikut membagikan ilmunya kepada peserta lain. Marsono telah membudidayakan kakao sejak kini memiliki kebun kakao seluas 1,5 hektar. Ia menanam kakao dengan teknik tumpang sari, yakni menanam di sela-sela pohon karet dan sawitnya yang sudah lebih dahulu ditanam selama belasan dari 800 pohon, ia biasa menghasilkan 100-150 kilogram per panen dengan harga Rp per kilogram untuk harga saat itu, ia nilai belum maksimal. Alasannya, Marsono merendah masih harus banyak belajar dengan teknik tanam tumpang sari.”Harusnya bisa 400 kg sekali panen, tetapi memang harus belajar banyak. Ini kan baru bagi saya dan kelompok tani di sana,” ungkap REYNALDO TRIWIBOWOMarsono, warga Desa Tampa, Kabupaten Barito Timur menunjukkan buah cokelat hasil kebun kakaonya di Palangkaraya, Rabu 7/6/2023. Kakao mulai dilirik pemerintah untuk mengganti tanaman lain sebagai komoditas unggulan baru di belum maksimal dari sisi jumlah produksi, buah cokelat milik Marsono sudah dibawa ke Jerman. Direktur Fairventures Worldwide di Indonesia Rayanansi Siman mengungkapkan, kualitas kakao di Barito Timur dan wilayah lainnya di Kalteng masuk kategori excellent.”Artinya dari sisi kualitas itu tidak kalah dengan negara penghasil kakao seperti di Amerika Latin,” menjelaskan, pihaknya dalam dua tahun terakhir berkomitmen mendampingi petani kakao di Kalteng. Kakao menjadi pilihan karena tanah di Kalteng dinilai cocok dan memiliki harga yang bersaing.”Tujuan utamanya pemulihan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat melalui praktik tumpang sari tentunya dengan pilihan tanaman cepat tumbuh,” ungkap fokus pada kakao, lembaga asal Jerman itu memiliki program menanam 1 juta pohon dengan pilihan tanaman sengon. Kini, di antara pohon sengon itu akan ditanami kakao. Bibit yang dibagikan pun gratis.”Syaratnya adalah petani bisa membuktikan lahan yang digunakan adalah miliknya bukan di kawasan hutan,” juga Peta Pantauan Digital Inovasi KonservasiDi Kabupaten Barito Timur, Fairventures Worldwide telah mendampingi 19 kelompok tani dengan total 400 orang dari tujuh kecamatan. Sementara di Kabupaten Gunung Mas, lembaga tersebut mendampingi lima kelompok tani dari empat kecamatan di kabupaten tersebut. Total yang terlibat lebih kurang 200 orang.”Sampai tahun depan akan ditambah ke daerah lain seperti Katingan, Barito Utara, dan wilayah lain,” kata REYNALDO TRIWIBOWOMarsono, petani asal Barito Timur, menunjukkan hasil produksi kakao dari kebunnya yang sudah dinilai dari laboratorium di Jerman dengan kualitas sangat baik di Palangkaraya, Rabu 7/6/2023. Marsono mengikuti pelatihan dan pendampingan dari pemerintah bekerja sama dengan sebuah yayasan asal Jerman, Fairventures Tugas Kepala Dinas Perkebunan Kalteng Rizky Badjuri menjelaskan, dengan adanya legitimasi kualitas kakao, nantinya akan membantu proses hilirisasi. Pihaknya kini telah membentuk UMKM Kakao melalui program Kalteng Kakao yang diisi oleh pengusaha-pengusaha muda. Mereka bisa ambil bagian dalam program dan mengontrol harga agar selalu menguntungkan.”Kalau hulu sudah oke, sekarang kami urus hilirnya. Hulunya perlu dipastikan soal kualitas produksi, jumlah, hingga tanah sehingga pasarnya bisa yakin,” ungkap Rizky.”Pemerintah tahun ini juga bakal bekerja sama dengan perkebunan sawit besar agar plasma atau pola kemitraan dengan masyarakat bisa diarahkan ke kakao sehingga produksi dan luas lahannya menjadi lebih pasti,” ungkap juga Sejuta Pohon Ditanam untuk Pulihkan Lahan Gambut Sebangau EditorCORNELIUS HELMY HERLAMBANG Jikasudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles) (Catantora, 2012). e. Biji. Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji.
HubungiJimmi Suyanto 0811614051, Distributor Pupuk Medan. Pupuk KNO3 Cap Tawon : Pupuk KNO3 adalah sumber Kalium bagi tanaman pada semua tahap pertumbuhan yang dilengkapi juga dengan Nitrat Nitrogen sehingga dapat diserap dengan cepat
Editor M Kautsar - Kamis, 7 Mei 2020 | 19:03 WIB. SariAgri - Penggiat dan pengelola kebun hidroponik Amarta Tara Hydrofarm, Saepul Anwar membagikan tiga kuncul dalam bercocok tanam menggunakan metode hidroponik. "Intinya itu matahari, nutrisi, sama kualitas bibit," kata Saepul kepada SariAgri.id, Kamis (7/5/2020). Saepul menjelaskan, peminat
.